Minggu, 24 April 2016

Pemerolehan Bahasa



PENGAJARAN PEMEROLEHAN BAHASA
Pemerolehan Bahasa dan Kesalahan Berbahasa



 

 



Di Susun
Oleh :




          Nama                                       : Andi Burka            (14132004)
          Kelas                             : ID4A
          Dosen pembimbing       :  Ayu Puspita Indah Sari, M.Pd.






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BINA DARMA
2016/2017






Kata Pengantar


Puji Syukur kehadirat Allah subhanahu wa taallah, yang telah memberikan karunia dan rahmatnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Analisis Kesalahan Berbahasa” ini.
            Shalawat dan salam ke pangkuan Nabi besar Muhammad sallallahu allaihi Wasalam, yang telah membawa kita dari zaman jahiliah ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini.
            kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Guru pembimbing, teman-teman tercinta yang telah rela bekerja keras sehingga makalah ini dapat diselesai. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini sangat kami harapkan.


                                                                                    Palembang,   April 2016



                                                             Penulis







Oval: ii
 


Daftar isi

Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
Kata pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
Daftar isi .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
Bab 1  
     a. Latar belakang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Bab II Pembahasan
     1. Analisis kesalahan berbahasa . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  .2
     2. Koreksi kesalahan berbahasa. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3
     3. Sebuah model AKB indonesia. . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .8
Bab III penutup
Kesimpulan dan saran. .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .12
Daftar pustaka.










Oval: iii
 
Bab I
Pendahuluan



A. Latar Belakang
Dalam kehidupan setiap orang tentu saja tidak terlepas dari bahasa. Pertama kali seorang anak memperoleh bahasa yang didengarkan langsung dari sang ibu sewaktu anak tersebut terlahir ke dunia ini. Kemudian seiring berjalannya waktu dan seiring pertumbuhan si anak maka ia akan memperoleh bahasa selain bahasa yang diajarkan ibunya itu baik bahasa kedua, ketiga ataupun seterusnya yang disebut dengan akuisisi bahasa (language acquisition) tergantung dengan lingkungan sosial dan tingkat kognitif yang dimiliki oleh orang tersebut melalui proses pembelajaran.
Pemerolehan Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat menajubkan terlebih dalam proses pemerolehan bahasa pertama yang dimiliki langsung oleh anak tanpa ada pembelajaran khusus mengenai bahasa tersebut kepada seorang anak (Bayi). Seorang bayi hanya akan merespon ujaran ujaran yang sering didengarnya dari lingkungan sekitar terlebih adalah ujaran ibuya yang sangat sering didengar oleh anak tersebut.
B. Rumusan Masalah
  1. Apa itu pemerolehan bahasa?
  2. Apa dan bagaimana pemerolehan bahasa pertama?
  3. Apa dan bagaimana pemerolehan bahasa kedua?
  4. Bagaimana peranan bahasa pertama terhadap pemerolehan bahasa kedua?
  5. Apa itu akulturasi dan bagaimana pemerolehan bahasa mengakibatkan akulturasi bahasa?
C. Manfaat dan Tujuan
  1. Memberikan pemaparan mengenai pemerolehan bahasa kepada masyarakat pembaca.
  2. Memberikan pemaparan mengenai pemerolehan bahasa pertama dan kedua.
Memberikan pemaparan bagaimana pemerolehan bahasa berdampak pada akulturasi bahasa.



Oval: 1
 
Bab II
Pembahasan


1.1.  Pengertian Analisis kesalahan berbahasa
            Analisis kesalahan berbahasa itu merupakan suatu “proses”. Sebagai suatu proses, ada prosedur yang harus dituruti selaku pedoman kerja. Prosedur ini terdiri atas beberapa tahap. Corder (1947) telah mengemukakan suatu prosedur bagi AKB seperti yang terangkung berikut ini.
1.1.1 Memilih Korpus Bahasa
            Kegiatan pada tahap ini meliputi beberapa hal, yaitu :
(a)   Menetapkan luas sampel;
(b)   Menentukan media sampel (lisan atau tulisan);
(c)   Menentukan kehomogenan sampel (yang berkaitan dengan usia pelajar, latar belakang B1, tahap perkembangan, dan lain-lain).
1.2.3 Mengenali kesalahan dalam korpus
            Menurut Corder (1971), perlu diadakan perbedaan antara lapses, yaitu kesalahan atau penyimpangan yang terdapat dalam kalimat yang merupakan akibat dari pembatasan-pembatasan pemrosesan daripada kurangnya kompetensi dengan errors, yaitu kesalahan atau penyimpangan yang terdapat dalam kalimat yang merupakan akibat kurangnya kompetensi. Beliau juga mengutarakan bahwa kalimat-kalimat dapat berupa overtly idiosyncratic, yaitu : yang mempunyai cacat yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa sasaran dan covertly idiosyncratic, yaitu secara sepintas merupakan baik, tetapi bila konteks pemakaiannya diuji dan diteliti ternyata tidak gramatis.
1.3.4    Mengklasifikasikan kesalahan
            Kegiatan pada tahap ini mencakup penetapan atau penentu pemerian gramatikal bagi setiap kesalahan, misalnya :
(a)   Kesalahan di bidang fonologi;
(b)   Kesalahan di bidang morfologi;
(c)   Kesalahan di bidand sintaksis;
(d)   Kesalahan di bidang semantik.


Oval: 2
 



1.4.5    Menjelaskan kesalahan
            Kegiatan pada tahap ini merupakan upaya untuk mengenali penyebab psikolinguistik kesalahan-kesalahan tersebut. Misalnya, upaya dapat diadakan untuk menentukan proses yang bertanggung jawab bagi setiap kesalahan. 
1.5.6    Mengevaluasi kesalahan

            Kegiatan pada tahap ini mencakup penaksiran keseriusan setiap kesalahan agar dapat mengambil keputusan bagi pengajaran bahasa. Evaluasi kesalahan berbahasa hanyalah bermanfaat jika maksud dan tujuan AKB bersifa pedagogis. Apabila AKB dilakukan bagi kepentingan penelitian PB2 maka maksud dan tujuan AKB itu terlalu berlebihan (Ellis 1987 : 51-2).
2.1    Koreksi kesalahan berbahasa
            Mencari kesalahan serta menganalisisnya secara terperinci tanpa upaya mengadakan koreksi atau perbaikan, jelas merupakan kegiatan yang belum sempurna bila dipandang dari segi pendidikan dan pengajaran bahasa. Dengan kata lain, kesalahan itu harus dikoreksi, harus diperbaiki tampaknya para guru sependapat mengenai hal ini.
            Fakta-fakta riset menyarankan bahwa beberapa tipe koreksi kesalahan berbahasa (KKB) mungkin bermanfaat dalam membantu para pelajar untuk menghindarkan fosilisasi sebelumnya dan juga untuk mengembangkan tahap-tahap kompetensi yang lebih tinggi yang akan membuat interlanguage atau antarbahasa dapat lebih diterima oleh petutur asli.
2.2    Koreksi Kesalahan Bahasa Lisan
            Walz (1982) mengklasifikasikan berbagai prosedur KK ke dalam tiga kategori utama, yaitu :
(1)   Koreksi diri sendiri dengan bantuan guru;
(2)   Koreksin sesama teman;
(3)   Koreksi guru.
            Banyak terdapat teknik khusus di dalam kategori-kategori ini yang khususnya dipakai oleh para guru untuk menyediakan umpan-balik korektif kepada para pelajar. Berikut ini akan kita bicarakan beberapa teknik yang lebih umum.


Oval: 3
 


a.    Koreksi diri sendiri dengan bantuan guru
1.      Menunjukkan dengan tepat. Para guru melokalisasikan atau menyetempatkan kesalahan tanpa menyediakan bentuk yang benar dengan jalan “mengulangi” respons seorang pelajar sampai wadah kesalahan yang telah dibuat, “meragu-ragukan”, dan “melebih-lebihkan” kata terakhir yang sedikit denga intonasi yang menarik.
Contoh :
Pelajar : “Saya membeli buku itu toko buku”.
Guru    : “Saya membeli buku itu…”
Pelajar : “Saya membeli buku itu di toko buku”.
Siswa   : “Pak Ali mengajar kritik sastra”.
Guru    : “Pak Ali mengajar…kritik sastra”.
Siswa   : “Pak Ali mengajarkan kritik sastra”.
2.      Menjelaskan Kata Kunci. Guru dapat menulis “kata sulit” di papan tulis ataupun meragakannya dengan gerak-gerik, kalau ternyata kata tersebut merupakan sumber keraguan atau kebingungan pada pihak pelajar.
Contoh :
Guru  : “Siapa yang mengkanvaskan Larry Holmes?”
Siswa : (Tidak ada respons)
Guru  : (Menulis kata mengkanvaskan di papan tulis)
Siswa : “O, melukis Larry Holmes”
Guru  : “Bukan melukis, tetapi “merobohkan”.
Siswa : (Tidak ada respons)
Guru  : (Melukiskan dengan gerak tangan serta membayangkan seorang petinju mengenai muka Larry Holmes dengan pukulan tinjunya, lalu roboh dan jatuh ke lantai atau kanvas)
Siswa : “Oh, saya tahu. Yang mengalahkan atau menjatuhkan Larry Holmes adalah Mike Tyson”
3.      Oval: 4Mengadakan Pertanyaan. Kalau seorang pelajar menggunakan sebuah kata yang tidak dimengerti oleh seorang guru, para guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya untuk mendapatkan makan yang lebih jelas dari penunjang kontekstul selanjutnya.


Contoh :
Siswa : “Saya mau kuliah mempelajari … (suatu kata yang belum dipahaminya)
Guru  : “Oh, mengapa kamu mau mempelajari itu?”
Siswa : “Saya mau menolong anak-anak desa”.
Guru  : “Bagaimana cara kamu menolong mereka?”
Siswa : “Saya mengajar mereka supaya dapat membaca dan menulis, supaya mereka menjadi orang pintar”.
Guru  : “Ya, pilihan yang terbaik adalah menjadi “guru” dan kuliah di UPI.
Siswa : “Memang saya mau menjadi guru dan kuliah di UPI.
4.      Mengingat Pertanyaan dengan Cara Lain. Para guru mengatakan atau mengemukakan pertanyaan dengan cara lain, dengan kata-kata yang lebih sedikit atau dengan format yang lebih sederhana, kalau sang pelajar gagal memahaminya.
Contoh :
Guru  : “Mengapa gerangan dia begitu terlambat sampai dirumah?”
Siswa   : Eee… (ragu-ragu)
Guru    : “Mengapa dia terlambat?”
Siswa   : (“Karena main-main dulu”)
5.      Membuat Jawaban Sendiri. Dalam teknik ini, para guru memberi petunjuk kepada pelajar untuk membuat jawabannya sendiri terhadap pertanyaan itu dengan cara mengemukakan suatu model.
Contoh :
Guru  : “Mau ke mana kamu pada hari libur ini?”
Siswa : “Yah, ke… (ragu-ragu)
Guru  : “Baik, pergi menonton film, atau mengunjungi paman?”
Siswa : “Saya mau mengunjungi Paman Ali ke desa Sukamaju”.
6.      Oval: 5Mengulangi Jawaban dengan Koreksi. Tanpa membuat suatu koreksi yang jelas, para guru mengulangi jawaban atau respons sang pelajar, secara halus memperbaiki kesalahan tersebut. Berapa pelajar memang dapat merasakan hal itu, sedangkan yang lainnya justru tidak memperhatikannya.
Contoh :
Guru  : “Aps pasifnya kalimat ‘saya membaca buku?”
Siswa : “Buku kubaca”.
Guru  : “Oo, ‘buku kubaca?”
Siswa : “Bukan, bukan…, tetapi ‘Buku saya baca”.
Guru  : “Bagus. Pasifnya memang ‘Buku saya baca”.
7.      Mengatakan Pertanyaan dengan Cara Lain, Setelah Mengadakan Koreksi secara Formal, tetapi Merupakan Responsi yang Tidak Tepat Terhadap Formulasi Asli.
Contoh :
Guru  : “Mau ke mana kamu liburan ini?”
Siswa : “Saya mau pergi ke Parapat”.
Guru  : “O, bagus sekali! Tetapi kapan kamu berangkat? Senin, Selasa…?”
Siswa : “Saya berangkat pada hari Minggu
b.    Koreksi sesama teman 
     Sang guru dapat menyajikan pertanyaan-pertanyaan wawancara kepada para pelajar dengan kartu-kartu yang memperlihatkan bentuk-bentuk pertanyaan yang sesuai dan tepat bagi pelajar lainya dalam kelompok untuk dipakai sebagai hasil kegiatan. Para pelajar dapat juga didorong mengoreksi satu sama lain apabila melakukan latihan-latihan dan kegiatan-kegiatan terstruktur, menggunakan kunci jawaban yang telah disediakan oleh guru.
c.    Koreksi Guru
     Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
(1)   Menyediakan jawaban yang benar.
(2)   Parafrase. Seorang guru dapat mengulangi jawaban seorang pelajar secara tepat dan persis, tetapi mengganti dengan bentuk yang benar atau unsur leksikal yang tepat bagi sesuatu yang dipakai secara tidak tepat itu.
2.2    Koreksi Kesalahan Bahasa Tulis
     Dalam kegiatan mengoreksi  atau memperbaiki kesalahan bahasa tulis para pelajar, sang guru dapat menggunakan berbagai teknik; yang terpenting atau yang biasa dimanfaatkan adalah :
Oval: 6
(a)  Teknik koreksi langsung (direct correction techniques);
(b)  Teknik koreksi tidak langsung (indirect correction techniques)
     Dalam teknik koreksi langsung, sang guru memperbaiki segala kesalahan yang terdapat pada karangan atau komposisi yang dibuat oleh pelajar, lalu menyuruh mereka menulis kembali karangannya dengan memasukkan semua perbaikan tersebut. Dengan perkataan lain, dalam teknik ini lokasi kesalahan ditunjukkan serta ditambahkan pula petunjuk bagaimana cara memperbaikinya. Petunjuk-petunjuk tersebut dapat beranjak dari yang kurang langsung sampai kepada yang paling langsung, dan mencakup:
1)        Penggarisbawahan kata serta memberikan suatu petunjuk, seperti “pakai kala lalu” atau “konjugasikan”;
2)      Mengurung kata atau frasa yang salah tempat, yang dibubuhi pula tanda panah di tempat yang dimaksud;
3)      Memberi tanda silang pada kata yang terasa berlebihan atau mubajir;
4)      Memberikan bentuk yang tepat atau struktur yang benar dalam keseluruhanya.
            Siasat atau strategi yang terakhir ini merupakan yang paling berguna apabila seorang pelajar telah berupaya mengekspresikan sesuatu yang jelas di luar kemampuannya dan telah menulis sesuatu yang tidak mudah dipahami. Namun demikian, para guru biasanya menggunakan teknik-teknik tersebut secara gabungan , secara kombinasi, bergantung pada kebutuhan-kebutuhan khusus para pelajar dikelas.
            Dalam teknik koreksi tidak langsung, lokasi kesalahan dinyatakan dengan berbagai symbol, misalnya :
a.    Yang salah-eja digarisbawahi;
b.    Kosakata yang tidak tepat pemakaiannya, dikurung dengan lingkaran;
c.    Kata-kata yang terasa kurang atau hilang, diberi tanda panah;
d.     Frasa atau struktur yang membingungkan, diberi tanda Tanya.
            Demikianlah, dalam teknik koreksi tidak langsung ini kesalahan-kesalahan komposisi ditandai dengan sarana khusus; jadi tidak langsung diperbaiki oleh guru. Para pelajar diberi kesempatan untuk menginterpretasikan kode-kode tersebut, memperbaiki kesalahan sendiri, dan kemudian menulis kembali karangan atau esai tersebut. Perlu ditegaskan bahwa dalam teknik koreksi tidak langsung ini, pemecahan masalah melalui penggunaan tata bahasa naskah, catatan-catatan kelas, dan asistensi teman sekelas atau guru, sangat diutamakan.
3.1 Sebuah model AKB Indonesia
            Seluruh pembicaraan mengenai kesalahan berbahasa yang telah kita kemukakan pada halaman-halaman terlebih dahulu dalam bab lima ini bersifat “teoretis”. Dari pembicaraan teoretis  tersebut, kita ingin memetik hikmah bagi pengajaran bahasa indonesia.
Unsur-unsur yang termasuk dalam kategori linguistik itu adalah :
a)      Oval: 7Fonologi, yang mencakup ucapan bagi bahasa lisan, dan ejaan bagi bahasa tulis;
b)      Morfologi, yang mencakup prefiks, infiks, supiks, konfliks, simulfks, perulangan kata;
c)      Sintaksis, yang mencakup frasa, klausa, kalimat;
d)     Leksikon atau pilihan kata.

3.2 Kesalahan fonologi 
    a. Kesalahan ucapan
            Kesalahan ucapan adalah kesalahan mengucapkan kata sehingga menyimpang dari ucapan baku atau bahkan menimbulkan perbedaan makna.
Contoh :
Enam       diucapkan    anam, anem
Saudara                        saudara; sodara
Rabu                             Rebo
Mengubah                     mengobah
     b. kesalahan ejaan
            Kesalahan ejaan ialah kesalahan menuliskan kata atau kesalahan menggunakan tanda baca.
Contoh :
Tuhan Yang Mahakuasa                     ditulis             Tuhan yang Maha Kuasa
Tuhan Yang Maha Pemurah                                       Tuhan Yang Mahapemurah
Mengetengahkan                                                         mengketengahkan
Mengesampingkan                                                      mengenyampingkan
Melihat-lihat                                                                me-lihat2
3.3    Kesalahan morfologi
            Kesalahan morfologi adalah kesalahan memakai bahasa disebabkan salah memilih afiks, salah menggunakan kata ulang, salah menyusun kata majemuk, dan salah memilih bentuk kata.
Contoh :
Banyak pelajar-pelajar baris-baris di tanah lapang itu
Saya lebih baik berpulang daripada meninggal sini.
Sekali-kali datang juga dia mengunjungi kami.
Oval: 8Gerakan tanganmu dengan gerakkan silat!
Pak tarigan mengajar tata bahasa di sekolah kami.
Yang seharusnya :
Banyak pelajar berbaris di tanah lapang itu.
Saya lebih baik pulang daripada tinggal disini.
Sekali-kali datang juga dia mengunjungi kami.
Gerakan tanganmu dengan gerakkan silat!
Pak tarigan mengajar tata bahasa di sekolah kami.
Begitu juga :
Nanti sore diadakan latihan berbaris-baris di sekolah.
Dia membeli mangga dan sekali gus membagikannya
Yang seharusnya :
Nanti sore diadakan baris-berbaris di sekolah.
Dia membeli mangga dan sekali gus membagikannya.
3.4    Kesalahan sintaksis
            Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frasa, klausa, atau kalimat serta ketidaktepatan pemakaian partikel.
Contoh :
Latihan bernyanyi diadakan sekali setiap minggu.
Sampai bertemu lagi di lain kesempatan.
Mengapa kamu pergi dengan tanpa pamit?
Dengan penyuluhan itu meningkatkan kecerdasan rakyat.
Dalam kamar ini terbagi atas empat bagian.
Dia tidak dapat hadir disebabkan karena dia sakit.
Oval: 9Kami rela berkorban demi untuk negara.
Yang seharusnya :
Latihan bernyanyi diadakan setiap minggu.
Latihan bernyanyi diadakan sekali seminggu.
Sampai bertemu lagi pada kesempatan lain.
(Sampai bertemu lagi di tempat lain)
Mengapa kamu pergi tanpa pamit?
(Mengapa kamu pergi dengan tidak berpamitan?)
Dengan penyuluhan itu kita meningkatkan kecerdasan rakyat.
Penyuluhan itu meningkatkan kecerdasan rakyat.
Kamar ini terbagi atas empat bagian
Dia tidak dapat hadir karena dia sakit.
Kami rela berkorban demi Negara
Oval: 10Kami rela berkorban untuk Negara.
3.5    Kesalahan lesikon
            Kesalahan lesikon adalah kesalahan memakai kata yang tidak atau kurang tepat.
Contoh :
Demikian agar anda maklum, dan atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Saudara-saudara, sebelum kita makan, marilah kami berdoa bersama-sama.
Menyetujui :
Kepala desa Sukamaju .
Persetujuan itu disetujui pada hari Minggu yang lalu.
Yang seharusnya :
Demikian agar Anda maklum, dan atas perhatian Anda saya ucapkan terima kasih.
Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Saudara-saudara, sebelum kita makan marilah kita berdoa bersama-sama.
Disetujui oleh :
Kepala Desa Sukamaju.
Persetujuan itu ditandatangani  pada hari Minggu yang lalu.






 
Bab III
Penutup


A.    Keimpulan
           Dalam urainan diatas dapat dismpulkan bahwa analisis kesalahan berbahasa merupakan suatu proses yang dalam penggunaannya sesuai dengan situasi dan kaidah tata bahasa yang berlaku. Oleh karena itu, sebaiknya kita sebelum berbicara berpikirlah terlebih dahulu agar apa yang akan kita sampaikan sesuai kaidah bahsa indonesia. Seseorang mungkin sering saja lupa dalam penyampaian  bahasa Indonesia yang baik dan benar seperti dalam kehidupan sehari-hari.
B.     Saran
Untuk mengetahui lebih jauh dan lebih banyak bahkan lebih lengkap mengenai pembahasan Analisis Kesalahan Berbahasa, pembaca dapat membaca dan mempelajari buku-buku dari berbagai pengarang, karena di dalam makalah ini penulis hanya membahas mengenai Analisis kesalahan berbahasa, Koreksi kesalahan berbahasa, dan Sebuah model AKB Indonesia.
            Di sini kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih membutuhkan masukkan dari teman-teman sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penulisan makalah ini.








Oval: 11
 
Daftar Pustaka


Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa